Dua tahun genosida Palestina menjadi ujian nurani dunia. Lebih dari 65.000 jiwa gugur, Gaza luluh lantak, dan kemanusiaan kian memudar.
UMIKA.ID, Gaza, 7 Oktober 2025 — Dua tahun sudah sejak agresi besar-besaran Israel ke Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023. Sejak itu, dunia menyaksikan salah satu bencana kemanusiaan paling mengerikan di abad ke-21.
Lebih dari 65.000 warga Palestina telah terbunuh, puluhan ribu lainnya luka-luka, jutaan kehilangan tempat tinggal. Sementara dunia internasional masih berdebat soal istilah “genosida,” warga Gaza hidup dalam reruntuhan dan kelaparan.
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza (MoH Gaza) yang dikutip oleh PBB dan WHO (September 2025) mencatat lebih dari 65.400 korban jiwa sejak perang dimulai.
Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak, dengan proporsi sipil mencapai lebih dari 80% menurut data yang dibocorkan oleh pejabat intelijen Israel dan dilaporkan oleh Al Jazeera (Agustus 2025).
Selain korban langsung akibat serangan udara dan darat, WHO melaporkan sedikitnya 361 orang meninggal akibat malnutrisi dan penyakit yang disebabkan oleh blokade dan runtuhnya layanan kesehatan.
Ratusan lainnya diperkirakan tewas di bawah reruntuhan bangunan yang belum berhasil dievakuasi.
Menurut laporan UNRWA dan OCHA (PBB), dari 36 rumah sakit utama di Gaza, hanya dua yang masih berfungsi sebagian hingga September 2025.
Lebih dari 1.700 tenaga medis tewas selama dua tahun perang, dan ratusan lainnya hilang saat bertugas di zona serangan.
Serangan terhadap fasilitas medis dan ambulans terus terjadi. Kasus paling tragis adalah serangan di Rafah (Maret 2025) yang menewaskan puluhan paramedis dan pasien di dalam ambulans — peristiwa yang kemudian dikenal sebagai “Rafah Paramedic Massacre.”
Pada Juli 2025, PBB secara resmi menyatakan Gaza mengalami kelaparan (famine) berdasarkan laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC).
Lebih dari 1,1 juta warga Gaza kini hidup dalam kondisi kelaparan ekstrem.
Badan kemanusiaan Amnesty International dan Human Rights Watch menuduh Israel menggunakan “kelaparan sebagai senjata perang” dengan memblokade pasokan makanan, air, dan bahan bakar.
Menurut laporan Anadolu Agency (AA), lebih dari 2.500 warga Gaza tewas ketika berdesakan di titik distribusi bantuan pangan akibat penembakan dan kekacauan di lapangan.
Data pemetaan satelit yang dirilis pada Juni 2025 menunjukkan lebih dari 191.000 bangunan di Gaza telah rusak atau hancur total.
Wilayah padat penduduk seperti Khan Younis, Jabaliya, dan Gaza City berubah menjadi puing-puing.
Infrastruktur listrik, air bersih, sekolah, dan rumah ibadah musnah tanpa sisa.
Pada 16 September 2025, Komisi Penyelidikan Independen PBB (UN Commission of Inquiry) menyimpulkan bahwa tindakan Israel memenuhi empat dari lima unsur genosida sebagaimana didefinisikan dalam Konvensi Genosida 1948 — yaitu:
- Pembunuhan massal terhadap anggota kelompok,
- Menimbulkan penderitaan fisik dan mental serius,
- Menciptakan kondisi hidup yang menghancurkan keberlangsungan kelompok,
- Menghalangi kelahiran dalam kelompok tersebut.
Laporan itu menyebut bahwa genosida di Gaza “masih berlangsung”, bukan peristiwa masa lalu.
Beberapa organisasi Israel seperti B’Tselem dan Physicians for Human Rights–Israel juga menyatakan bahwa kebijakan pemerintah mereka memenuhi kriteria genosida secara hukum internasional.
Meski demikian, pengadilan internasional (ICJ dan ICC) masih dalam proses panjang memeriksa kasus tersebut.
Israel menolak semua tuduhan dan menyebut operasi militernya sebagai “perang melawan Hamas,” bukan terhadap rakyat Palestina.
Banyak negara dan lembaga HAM mendesak penghentian agresi dan pengiriman bantuan kemanusiaan segera.
Namun, tekanan politik internasional masih terbentur oleh veto dan kepentingan strategis.
Beberapa negara Eropa mulai menarik dukungan senjata ke Israel setelah tuduhan genosida menguat, sementara negara-negara Muslim menyerukan solidaritas global.
Sayangnya, hingga kini, belum ada langkah konkret yang mampu menghentikan penderitaan rakyat Gaza.
Dua tahun konflik telah menghapus generasi, menghancurkan masa depan anak-anak Gaza, dan menguji nurani dunia.
Gaza bukan sekadar wilayah perang — ia kini menjadi simbol perlawanan, keteguhan, dan tragedi kemanusiaan terbesar abad ini.
Dunia melihat, tapi belum benar-benar bertindak.
Dan setiap hari yang berlalu tanpa keadilan, luka Gaza semakin dalam.
Sumber & Referensi:
- United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) — Situation Report #190, September 2025
- World Health Organization (WHO) — Public Health Situation Analysis: oPt, September 2025
- UN OCHA — Humanitarian Situation Update #326 (September 2025)
- United Nations Human Rights Council — Commission of Inquiry Report: Genocide in Gaza (A/HRC/60/CRP.3)
- Al Jazeera — Israeli Data Shows 83% of Gaza War Dead Are Civilians (August 2025)
- Amnesty International — Israeli Groups Conclude Israel Committing Genocide Against Palestinians in Gaza (July 2025)
- The Guardian — Famine Under Way in Gaza, UN-backed Experts Say (29 July 2025)
- ReliefWeb — Two Healthcare Workers Killed Every Day on Average During Israel’s Gaza War (August 2025)
