“Jika kamu tidak mampu menolong dengan tanganmu, tolonglah dengan hartamu. Jika tak mampu juga, tolonglah dengan doamu. Tapi jangan sampai kamu hanya diam menyaksikan kezaliman.”
(Kutipan dari semangat hadits riwayat Muslim no. 49)
Beberapa waktu lalu, jagat maya dihebohkan oleh aksi mengharukan dari pesisir Mesir. Di tengah kemandekan jalur bantuan resmi ke Gaza, sekelompok warga Mesir melakukan sesuatu yang tak biasa: mereka memasukkan beras, gandum, dan bahan makanan kering ke dalam botol plastik, lalu melemparkannya ke laut. Tujuan mereka jelas—semoga arus membawa botol itu sampai ke pantai Gaza, agar warga di sana bisa mendapat sebotol harapan.
Sebotol harapan.
Itu bukan hanya botol berisi makanan.
Itu adalah botol berisi cinta.
Ketika Dunia Menutup Mata, Mereka Melempar Harapan ke Laut
Mereka tahu, secara logika, botol itu bisa tersesat, karam, bahkan tak sampai. Tapi itu tak menghentikan tangan-tangan mereka. Karena bagi mereka, lebih baik menghanyutkan cinta daripada membiarkan Gaza tenggelam dalam derita.
Bukankah ini tamparan bagi kita?
Saat sebagian dari kita sibuk mengutuk dari layar, atau bahkan asyik scroll TikTok tanpa rasa peduli—ada orang-orang biasa, rakyat jelata, yang tidak punya jalur diplomasi, tidak punya lembaga, tidak punya jabatan—tapi punya hati.
Islam Mengajarkan: Jangan Diam Saat Saudaramu Lapar
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ لَمْ يَهْتَمَّ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
“Barang siapa yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka.” (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir)
Lalu, bagaimana dengan kita?
Apakah kita sudah cukup peduli?
Apakah kita rela membatasi jajan kita demi bisa sisihkan sedikit untuk donasi?
Apakah kita pernah angkat suara di media sosial, setidaknya sekali, untuk membela Gaza?
Kita Tidak Punya Laut, Tapi Kita Punya Dompet dan Doa
Saudaraku, tidak semua dari kita bisa menghanyutkan botol ke laut. Tapi kita bisa menghanyutkan cinta ke langit—melalui doa. Kita bisa mengalirkan bantuan lewat rekening-rekening kemanusiaan, lewat lembaga yang amanah, lewat gerakan kecil yang tulus.
Kalau kita tidak bisa angkat senjata,
setidaknya kita bisa angkat dompet untuk berdonasi.
Kalau tidak bisa berdonasi,
setidaknya angkat suara untuk membela.
Dan kalau itu pun tak sanggup,
maka angkat tangan untuk berdoa.
Satu hal juga sangat penting…
Cobalah mulai untuk tidak menyuapi kezaliman lewat belanja kita.
Jangan sampai…
Kita diam… tapi uang kita justru menghidupi penjajah.”
Tapi yang paling menyedihkan adalah,
jika kita bahkan tak mengangkat apapun.
Gaza Tidak Butuh Kita Jadi Pahlawan, Cukup Jadi Saudara
Laut Mesir tak selebar samudera. Tapi cinta mereka mampu menjangkau Gaza.
Jangan remehkan botol itu.
Karena bisa jadi, di mata Allah, botol berisi cinta itu lebih berat timbangannya daripada pidato kita yang panjang tapi kosong aksi.
Gaza tidak butuh kita jadi pahlawan.
Gaza hanya butuh kita jadi saudara—yang peduli, yang tergerak, yang tidak diam.
Akhir Kata
Mari jadikan botol-botol dari Mesir itu sebagai pengingat: bahwa dalam dunia yang kejam, harapan harus tetap dihanyutkan.
Jangan pernah anggap kecil apa yang kita lakukan. Karena mungkin, dari satu dompet yang terbuka, satu doa yang terangkat, dan satu suara yang bersuara—Allah turunkan pertolongan yang tak disangka.
Dan jika tak ada lagi jalan darat, tak ada lagi jalur udara,
maka biarlah cinta mengalir lewat laut.
Wallahu a’lam.
– Kang Adi Suryadi
