Saat Keluarga Tidak Mendukung Hijrah Kita, Apa yang Harus Dilakukan?

Saat seseorang memutuskan berhijrah, tidak semua orang menyambutnya dengan tangan terbuka. Bahkan, yang pertama menolak kadang justru keluarga sendiri. Apa yang harus dilakukan saat keluarga tidak mendukung hijrah kita menjadi pertanyaan utama bagi banyak muslim yang baru menempuh jalan perubahan ini.

Hijrah dalam konteks spiritual berarti berpindah dari keburukan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju kesadaran kepada Allah. Namun, karena perubahan ini kerap terlihat drastis, keluarga yang belum memahami bisa merasa aneh atau bahkan tersinggung. Maka, empati terhadap perasaan mereka sangat penting agar tidak muncul konflik baru.[1]


Mengapa Keluarga Menolak Hijrah Kita?

Penolakan dari keluarga bisa muncul karena berbagai latar belakang. Beberapa di antaranya adalah:

  • Kurangnya pemahaman agama. Sebagian keluarga menganggap hijrah sebagai tindakan berlebihan karena belum mengenal urgensinya.

  • Ketakutan akan perubahan. Hijrah sering diidentikkan dengan perubahan gaya hidup, seperti berpakaian syar’i, menjauhi musik, atau mengganti lingkungan pergaulan.

  • Pengaruh lingkungan sekitar. Lingkungan yang terbiasa dengan gaya hidup bebas cenderung memandang hijrah sebagai bentuk “pemisahan diri”.

Menurut Al-Baghdadi, perubahan menuju ketaatan terkadang memunculkan resistensi sosial karena masyarakat, termasuk keluarga, merasa kehilangan kenyamanan lama yang terbiasa dengan kelonggaran.[2]


Menjawab Apa Yang Harus Dilakukan Saat Keluarga Tidak Mendukung Hijrah Kita

Tetap Taat Tanpa Membangkang

Menjadi anak yang patuh dan hormat tetap menjadi kewajiban, meskipun orang tua menolak pilihan hijrah kita. Namun, ini tidak berarti kita harus mengorbankan prinsip agama. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Allah.”[3]

Maka, tetaplah lembut, santun, dan menjelaskan alasan hijrah kita dengan cara yang tidak menyinggung perasaan keluarga.

Bangun Komunikasi Yang Lembut

Komunikasi adalah kunci. Jangan gunakan nada menggurui atau merasa paling benar. Sampaikan alasan hijrah kita dengan pendekatan emosional yang menyentuh. Misalnya, katakan bahwa kita ingin menjadi anak yang lebih baik dan mendoakan orang tua setiap hari.

Nabi Musa ‘alaihissalam saat diperintahkan berdakwah kepada Fir’aun pun diperintahkan Allah untuk berkata dengan qaulan layyinan (perkataan yang lembut).[4]

Tunjukkan Akhlak Terbaik

Hijrah tidak akan meyakinkan keluarga kalau tidak diiringi perubahan akhlak. Perlihatkan bahwa hijrah membuat kita lebih sabar, lebih santun, dan lebih bermanfaat. Inilah bentuk dakwah bil hal yang justru lebih menyentuh daripada ceramah panjang lebar.

Dalam Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi menekankan bahwa akhlak yang baik adalah kunci keberhasilan dakwah, termasuk dakwah dalam keluarga.


Mencari Lingkungan Pendukung Yang Sehat

Hijrah akan terasa berat tanpa lingkungan yang mendukung. Untuk menjaga semangat, kita butuh komunitas yang bisa memotivasi dan membantu melewati masa sulit.

Beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan:

  • Bergabung dalam komunitas hijrah yang menyejukkan dan toleran

  • Ikut kajian Islam dari ustaz/ustazah yang terpercaya

  • Rutin membaca buku-buku keislaman dari sumber sahih

Lingkungan ini akan menumbuhkan keberanian dan semangat baru. Mereka bisa membantu memberikan sudut pandang yang lebih bijak saat menghadapi penolakan dari keluarga.[5]


Bersandar Pada Allah Dalam Segala Hal

Yang paling penting, jangan lupa bahwa Allah adalah sumber segala pertolongan. Kita bisa menjelaskan, kita bisa bersikap baik, namun hanya Allah yang membolak-balikkan hati. Teruslah berdoa agar keluarga mendapat hidayah dan bisa menerima kita apa adanya.

Allah berfirman:

“Sesungguhnya engkau tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Qashash: 56)

Tawakal dan sabar adalah senjata utama orang yang berhijrah.


Tetap Bijak Saat Keluarga Tidak Mendukung Hijrah Kita

Maka, jawaban atas apa yang harus dilakukan saat keluarga tidak mendukung hijrah kita adalah: tetap sabar, berakhlak baik, komunikatif, dan berdoa. Jangan menyerah hanya karena awalnya ditolak. Sebab, hidayah sering kali datang dari proses panjang dan bukti nyata, bukan dari paksaan.

Hijrah adalah perjalanan menuju Allah. Meski sulit, ia penuh kemuliaan. Bila hari ini ditolak keluarga, bisa jadi esok mereka menjadi orang yang paling mendukung perubahan kita.

Catatan Kaki :
[1] Nawawi, 2005, Riyadhus Shalihin, Jakarta: Darus Sunnah Press, hlm. 98
[2] Al-Baghdadi, 2007, Syarh Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Riyadh: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, hlm. 73
[3] HR. Ahmad no. 1098; sanad sahih, lihat dalam Al-Arna’uth, Musnad Ahmad, Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, hlm. 378
[4] Departemen Agama RI, 2015, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, QS. Thaha: 44
[5] Asy-Sya’rawi, 2014, Tafsir Al-Muntakhab, Jakarta: Gema Insani, hlm. 221

More From Author

Israel Lancarkan Serangan ke Fasilitas Nuklir dan Gudang Bahan Bakar Iran

Serangan Iran Guncang Tel Aviv, Juru Bicara IDF Gemetar di Depan Kamera

Background Latar 1 Background Latar 2 Background Latar 3 Background Latar 4

Jadwal Sholat

Memuat jadwal...

Categories

Categories