UMIKA Media – Belajar bukan hanya di kelas, tetapi juga di ruang terbuka. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menekankan kebebasan dan pengalaman langsung. Melalui kegiatan sederhana di perpustakaan daerah, membaca, lalu menuliskan kembali apa yang diingat, anak dapat mengembangkan daya pikir, rasa, dan karsa. Pendidikan sejati tidak terbatas tembok kelas, melainkan hidup di setiap sudut ruang.
Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara Dan Belajar Bukan Hanya Di Kelas
Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan adalah proses memerdekakan manusia. Dalam pandangannya, belajar bukan hanya di kelas karena pendidikan tidak boleh membelenggu anak pada tembok-tembok sekolah.
Ia mengajarkan asas ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Filosofi ini menjelaskan bahwa guru tidak hanya mengajar di depan, melainkan juga mendampingi dan memberi ruang anak untuk belajar secara alami.[1]
Karena itu, pendidikan holistik harus hadir di berbagai ruang. Entah itu rumah, lapangan, taman, atau perpustakaan, semua bisa menjadi ruang belajar yang hidup.
Belajar Bukan Hanya Di Kelas, Ruang Terbuka Jadi Laboratorium Hidup
Belajar bukan hanya di kelas karena lingkungan sekitar memberi banyak pelajaran nyata. Anak bisa memahami ekosistem saat berjalan di taman, belajar interaksi sosial di pasar, hingga mengasah rasa empati ketika berdialog di komunitas.
Pendidikan yang membumi sesuai pandangan Ki Hajar Dewantara justru menekankan pengalaman langsung. Ia percaya bahwa anak-anak harus merasakan belajar sebagai proses hidup, bukan sekadar menghafal pelajaran.[2]
Dengan begitu, ruang terbuka menjadi laboratorium hidup yang membuat pengetahuan terasa dekat, praktis, dan relevan dengan keseharian.
Perpustakaan Daerah Dan Belajar Bukan Hanya Di Kelas
Contoh konkret bahwa belajar bukan hanya di kelas bisa terlihat di perpustakaan daerah. Anak-anak bisa membaca berbagai buku sesuai minatnya. Setelah itu, mereka menuliskan kembali isi bacaan dengan bahasa sendiri.
Kegiatan sederhana ini melatih kemampuan literasi, daya ingat, sekaligus kreativitas. Anak belajar memahami gagasan, lalu mengolahnya kembali. Proses ini sejalan dengan gagasan Ki Hajar Dewantara yang menekankan bahwa pendidikan harus melatih cipta, rasa, dan karsa.[3]
Selain itu, perpustakaan juga memberi suasana tenang yang berbeda dari kelas. Anak merasa bebas mengeksplorasi ilmu tanpa tekanan nilai.
Manfaat Belajar Bukan Hanya Di Kelas Menurut Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Belajar bukan hanya di kelas memiliki beberapa manfaat penting, terutama jika dikaitkan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara.
- Mengembangkan kemandirian
Ketika anak belajar di luar kelas, mereka tidak lagi sekadar menunggu arahan guru. Anak terbiasa mencari sumber pengetahuan secara mandiri, baik melalui buku di perpustakaan maupun pengalaman nyata di lapangan. Proses ini menumbuhkan tanggung jawab pribadi terhadap ilmu yang diperoleh sehingga anak lebih siap menghadapi tantangan hidup. - Membangun karakter sosial
Aktivitas belajar di ruang terbuka sering melibatkan interaksi dengan banyak orang. Anak yang berkunjung ke perpustakaan daerah, misalnya, berinteraksi dengan pustakawan atau teman sebaya. Hal ini menumbuhkan rasa empati, toleransi, dan kerja sama. Sesuai gagasan Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak hanya membentuk kecerdasan intelektual, tetapi juga menanamkan nilai kemanusiaan dan kebersamaan - Mendekatkan ilmu dengan realitas
Belajar di ruang terbuka memberi kesempatan bagi anak untuk melihat hubungan langsung antara teori dan praktik. Misalnya, saat anak membaca tentang lingkungan hidup lalu mengamati ekosistem di taman kota, mereka memahami ilmu secara kontekstual. Cara belajar ini membuat pengetahuan tidak lagi bersifat abstrak, tetapi relevan dengan kehidupan sehari-hari - Meningkatkan daya kreativitas
Kegiatan membaca lalu menuliskan kembali dengan bahasa sendiri mendorong anak untuk berpikir kreatif. Anak tidak hanya menyalin, tetapi juga mengolah gagasan hingga menjadi bentuk baru. Kreativitas ini sangat penting karena sesuai ajaran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus melatih cipta, rasa, dan karsa agar anak dapat berkembang menjadi manusia merdeka yang mampu menghasilkan karya orisinal
Dengan begitu, pendidikan tidak kaku, melainkan hidup sesuai konteks budaya dan lingkungan anak.
Strategi Guru Agar Belajar Bukan Hanya Di Kelas
Belajar bukan hanya di kelas bisa berjalan baik jika guru menyusun strategi yang tepat. Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa guru harus mampu mendampingi anak, bukan hanya memberi instruksi, agar pendidikan lebih membumi
-
Menggunakan Metode Belajar Kontekstual
Guru bisa mengaitkan materi pelajaran dengan realitas yang dekat dengan kehidupan anak. Misalnya, saat belajar matematika, guru dapat menggunakan contoh menghitung uang belanja di pasar. Dengan metode ini, siswa akan lebih mudah memahami dan merasa bahwa ilmu yang dipelajari bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari -
Membawa Anak Ke Ruang Publik
Ruang publik seperti perpustakaan, museum, pasar, atau taman bisa menjadi sumber belajar yang kaya. Anak tidak hanya membaca buku, tetapi juga mengamati kehidupan nyata, melihat benda bersejarah, atau berinteraksi dengan orang lain. Aktivitas ini menjadikan pelajaran lebih menarik dan bermakna karena ilmu hadir dalam bentuk pengalaman langsung -
Memberi Tugas Eksplorasi
Guru dapat meminta anak mengamati lingkungan sekitar, kemudian menuliskan hasil pengamatan. Misalnya, anak diminta mengamati kebersihan di taman, lalu membuat laporan sederhana. Tugas eksplorasi ini melatih keterampilan observasi, menumbuhkan kepedulian sosial, sekaligus melatih kemampuan menulis. Dengan cara ini, anak belajar aktif, bukan hanya menerima informasi -
Menjadi Fasilitator, Bukan Penguasa Kelas
Guru harus mendampingi dan mengarahkan siswa agar berani berpikir mandiri. Peran guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber ilmu, tetapi sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan jawabannya sendiri. Dengan pendekatan ini, anak merasa lebih merdeka dalam belajar dan tidak takut salah. Strategi ini sejalan dengan prinsip tut wuri handayani, yakni mendukung anak dari belakang
Literasi Dan Belajar Bukan Hanya Di Kelas
Belajar bukan hanya di kelas berkaitan erat dengan literasi. Membaca di luar kelas lalu menuliskan kembali gagasan melatih anak menjadi pembelajar sepanjang hayat.
UNESCO menekankan bahwa literasi adalah kunci pembentukan masyarakat berpengetahuan.[4] Oleh karena itu, ketika anak-anak terbiasa belajar di ruang terbuka seperti perpustakaan, mereka tumbuh menjadi individu kritis dan reflektif.
Selain itu, literasi membuat anak lebih percaya diri dalam menyampaikan ide. Ia tidak sekadar meniru, tetapi juga mengolah informasi menjadi gagasan baru.
Belajar Bukan Hanya Di Kelas Adalah Jalan Pendidikan Sejati
Pada akhirnya, belajar bukan hanya di kelas adalah jalan menuju pendidikan sejati. Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk manusia merdeka, yakni manusia yang utuh secara cipta, rasa, dan karsa.
Dengan belajar di ruang terbuka, anak menemukan pengalaman, nilai, dan makna hidup. Mereka belajar bukan sekadar untuk ujian, melainkan untuk kehidupan.
Maka, ruang terbuka, perpustakaan, komunitas, bahkan keluarga, semuanya bisa menjadi guru. Seperti kata Ki Hajar Dewantara, “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.”
Konsutasi Di Sini
Sumber Refrensi :
[1] Dewantara, 1967, Pendidikan, Yogyakarta, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, hlm. 15
[2] Tilaar, 2011, Kebijakan Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hlm. 88
[3] Suryosubroto, 2009, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 42
[4] UNESCO, 2017, Literacy for Sustainable Societies, Paris, UNESCO Publishing, hlm. 67
